Minggu, 14 April 2019

MAKALAHK3-HADIST TENTANG WARIS,WASIAT,WAKAF

Hadits Tentang Wasiat, Waris, Wakaf
Tujuan: Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Hadits III
Dosen Pengampu: Drs. Lukman Firmansyah ,M.Pd



Disusun oleh:
Kelompok 5

Asep Abdurrahman   : 007.14.4491.16
Resi Restiani     : 007.14.4508.16
Siti Aminah Fazriah  : 007.14.4511.16




Jurusan Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam ( STAI) Sukabumi
Jl. Lio Balandongan Sirnagalih No. 74, Telp/Fax. (0266)225464 Cikondang,
Citamiang, Kota Sukabumi


Kata Pengantar
Segala puji dan syukur Penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, Shalawat dan salam juga disampaikan kepada nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, para tabi’in , attbau ttabi’in, para alim ulama, sampai kepada kita.
Dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah Hadits III para program studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sukabumi dengan ini penulis mengangkat judul ”Hadits tentang wasiat, waris, wakaf.
Dalam Menyelesaikan Makalah ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak .Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. Lukman Firmansyah, M.Pd selaku dosen mata kuliah Hadits III yang telah memberikan tugas mengenai karya ilmiah ini sehingga pengetahuan penulis dalam penulisan serta penyusunan Karangan Ilmiah makin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat bagi penyusunan skripsi kami dikemudian hari.
Penyusun menyadari bahwa Penyusunan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu penulis harapkan demi kesempurnaan modul ini. Akhir kata, Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. penulis ucapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Sukabumi, 10 April 2019


              Penulis




Daftar isi

Kata Pengantar ii
Daftar isi iii
Bab I 1
Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
Bab II 2
Pembahasan 2
A. Pengertian Wasiat 2
B. Hadits tentang wasiat 2
1. Wasiat 2
2. Meninggalkan ahli waris dalam keadaan kaya 3
3. Memberi wasiat dengan sepertiga 4
4. Perkataan orang yang memberi wasiat kepada orang yang menerima wasiat 5
5. Jika orang yang sakit memberi isyarat dengan kepalanya dengan isyarat yang jelas 5
6. Tidak ada wasiat untuk penerima waris 6
7. Sedekah saat meninggal 6
C. Pengertian Waris 7
D. Hadits tentang waris 7
1. HR. ibnumajah No.2729 7
2. Hadits ibnumajah 2730 7
3. Orang yang tidak memiliki ahli waris 8
4. Mati meninggalkan harta berarti untuk ahli waris 8
5. Hadits Muslim 3041 9
6. Hadits Muslim 3042 9
7. Hadits Muslim 3043 10
8. Pembagian harta waris 10
E. Pengertian Wakaf 10
F. Hadits Wakaf 11
1. Hadis Pertama 11
2. Hadis Kedua 11
3. Hadis Ketiga 12
4. Hadis Keempat 13
5. Hadis Kelima 13
6. Hadis Keenam 13
7. Hadis Ketujuh 14
8. Hadis kedelapan 15
Bab III 15
Penutup 15
A. Kesimpulan 15
B. Saran 16
Daftar pustaka 17








Bab I
Pendahuluan
Latar Belakang
Agama  islam merupakan  agama  yang  sempurna.  Segala sesuatu yang ada semuanya diatur dalam islam. Mulai sesuatu yang berhubungan vertical maupun hubungan   horizontal.   Hubungan   vertical   yakni   hubungan   antara   manusia   dan Tuhannya. Sedangkan hubungan horizontal merupakan hubungan manusia dengan sesame manusia  yang lain.
Diantara  hubungan  manusia  dengan  manusia  adalah  Hukum  waris,  hibah, wasiat  dan  wakaf.  Kesemuanya  itu  merupakan  sesuatu  yang  penting dikarenakan sangat  jarang  sekali  diperhatikan  oleh  manusia.  Sampai Nabi Muhammad  SAW pernah  meramalkan  bahwa  ilmu  yang  paling  cepat  hilang  di  muka  bumi adalah ilmu  faroidh  (ilmu  tentang  hokum  waris).  Oleh  sebab  itu,  ilmu  waris  pada  saat sudah sangat jarang diperhatikan  apalagi dipelajari.


B.  Rumusan Masalah
1. Bagaimana  Hadits tentang Wasiat?
2. Bagaimana  Hadits tentang Waris?
3. Bagaimana  Hadits tentang Wakaf?







Bab II
Pembahasan
Pengertian Wasiat
Wasiat menurut bahasa artinya “Menyampaikan “ berasal dari kata: وَ صِيَ الشَّيئَ بِكَذَا yang artinya “ ia menyampaikan sesuatu dengan begini”.
Sedangkan menurut istilah wasiat adalah: Memerikan Hak secara suka rela  (tabarru’). Yang disandarkan setelah mati.
Hadits tentang wasiat
Wasiat

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ لَهُ شَيْءٌ يُوصِي فِيهِ يَبِيتُ لَيْلَتَيْنِ إِلَّا وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ تَابَعَهُ مُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ عَمْرٍو عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
(BUKHARI – 2533) : Telah bercerita kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Nafi’ dari ‘Abdullah bin ‘Umar bahwa Rasulullah bersabda: “Tidak ada haq seorang muslim yang mempunyai suatu barang yang akan diwasiatkannya, ia bermalam selama dua malam kecuali wasiatnya itu ditulis di sisinya”. Hadits ini diikuti pula oleh Muhammad bin Muslim dari ‘Amru dari Ibnu ‘Umar dari Nabi
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْجُعْفِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ خَتَنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخِي جُوَيْرِيَةَ بِنْتِ الْحَارِثِ قَالَ مَا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ مَوْتِهِ دِرْهَمًا وَلَا دِينَارًا وَلَا عَبْدًا وَلَا أَمَةً وَلَا شَيْئًا إِلَّا بَغْلَتَهُ الْبَيْضَاءَ وَسِلَاحَهُ وَأَرْضًا جَعَلَهَا صَدَقَةً
(BUKHARI – 2534) : Telah bercerita kepada kami Ibrahim bin Al Harits telah bercerita kepada kami Yahya bin Abi Bukair telah bercerita kepada kami Zuhair bin Mu’awiah Al Ju’fiy telah bercerita kepada kami Abu Ishaq dari ‘Amru bin Al Harits, saudara ipar Rasulullah yaitu saudara dari Juwairiyah binti Al harits berkata; Ketika meninggal dunia Rasulullah tidak meninggalkan dirham, dinar, budak laki-laki maupun perempuan dan tidak meninggalkan sesuatupun kecuali baghol (hewan peranakan kuda dengan keledai) Beliau yang berwarna putih, senjata perang dan tanah yang Beliau jadikan sebagai shadaqah.
حَدَّثَنَا خَلَّادُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا مَالِكٌ هُوَ ابْنُ مِغْوَلٍ حَدَّثَنَا طَلْحَةُ بْنُ مُصَرِّفٍ قَالَ سَأَلْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
هَلْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصَى فَقَالَ لَا فَقُلْتُ كَيْفَ كُتِبَ عَلَى النَّاسِ الْوَصِيَّةُ أَوْ أُمِرُوا بِالْوَصِيَّةِ قَالَ أَوْصَى بِكِتَابِ اللَّهِ

(BUKHARI – 2535) : Telah bercerita kepada kami Khollad bin Yahya telah bercerita kepada kami Malik, dia adalah putra Mighwal telah bercerita kepada kami Thalhah bin Mushorrif berkata; Aku bertanya kepada ‘Abdullah bin Abi Aufaa: “Apakah Nabi pernah berwasiat?” Dia menjawab: “Tidak”. Kemudian aku tanya lagi: “Lalu bagaimana berwasiat itu diwajibkan kepada manusia atau mereka diperintahkan supaya berwasiat?” Dia menjawab: “Beliau berwasiat dengan Kitab Allah.”
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ زُرَارَةَ أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ ابْنِ عَوْنٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ قَالَ ذَكَرُوا عِنْدَ عَائِشَةَ أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا كَانَ وَصِيًّا فَقَالَتْ مَتَى أَوْصَى إِلَيْهِ وَقَدْ كُنْتُ مُسْنِدَتَهُ إِلَى صَدْرِي أَوْ قَالَتْ حَجْرِي فَدَعَا بِالطَّسْتِ فَلَقَدْ انْخَنَثَ فِي حَجْرِي فَمَا شَعَرْتُ أَنَّهُ قَدْ مَاتَ فَمَتَى أَوْصَى إِلَيْهِ
(BUKHARI – 2536) : Telah bercerita kepada kami ‘Amru bin Zurarah telah mengabarkan kepada kami Isma’il dari Ibnu ‘Aun dari Ibrahim dari Al Aswad berkata: “Orang-orang menyebutkan di hadapan ‘Aisyah bahwa ‘Ali menerima wasiat (kekhalifahan) “. Maka dia bertanya: “Kapan Beliau memberi wasiat itu kepadanya padahal aku adalah orang yang selalu menyandarkan Beliau di dadaku” (saat menjelang wafat Beliau). Atau dia berkata: “berada dalam pangkuanku”, dimana Beliau meminta air dalam wadah (terbuat dari tembaga) hingga Beliau jatuh dalam pangkuanku dan aku tidak sadar kalau Beliau sudah wafat. Jadi kapan Beliau memberi wasiat kepadanya.”
bagian
Meninggalkan ahli waris dalam keadaan kaya
Dalam sebuah riwayat dikatakan:
حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي وَأَنَا بِمَكَّةَ وَهُوَ يَكْرَهُ أَنْ يَمُوتَ بِالْأَرْضِ الَّتِي هَاجَرَ مِنْهَا قَالَ يَرْحَمُ اللَّهُ ابْنَ عَفْرَاءَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أُوصِي بِمَالِي كُلِّهِ قَالَ لَا قُلْتُ فَالشَّطْرُ قَالَ لَا قُلْتُ الثُّلُثُ قَالَ فَالثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ إِنَّكَ أَنْ تَدَعَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَدَعَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ فِي أَيْدِيهِمْ وَإِنَّكَ مَهْمَا أَنْفَقْتَ مِنْ نَفَقَةٍ فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ حَتَّى اللُّقْمَةُ الَّتِي تَرْفَعُهَا إِلَى فِي امْرَأَتِكَ وَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَكَ فَيَنْتَفِعَ بِكَ نَاسٌ وَيُضَرَّ بِكَ آخَرُونَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ يَوْمَئِذٍ إِلَّا ابْنَةٌ
(BUKHARI – 2537) : Telah bercerita kepada kami Abu Nu’aim telah bercerita kepada kami Sufyan dari Sa’ad bin Ibrahim dari ‘Amir bin Sa’ad dari Sa’ad bin Abi Waqash berkata; Nabi datang menjengukku (saat aku sakit) ketika aku berada di Makkah”. Dia tidak suka bila meninggal dunia di negeri dimana dia sudah berhijrah darinya. Beliau bersabda; “Semoga Allah merahmati Ibnu ‘Afra'”. Aku katakan: “Wahai Rasulullah, aku mau berwasiat untuk menyerahkan seluruh hartaku”. Beliau bersabda: “Jangan”. Aku katakan: “Setengahnya” Beliau bersabda: “Jangan”. Aku katakan lagi: “Sepertiganya”. Beliau bersabda: “Ya, sepertiganya dan sepertiga itu sudah banyak. Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin lalu mengemis kepada manusia dengan menengadahkan tangan mereka. Sesungguhnya apa saja yang kamu keluarkan berupa nafkah sesungguhnya itu termasuk shadaqah sekalipun satu suapan yang kamu masukkan ke dalam mulut istrimu. Dan semoga Allah mengangkatmu dimana Allah memberi manfaat kepada manusia melalui dirimu atau memberikan madharat orang-orang yang lainnya”. Saat itu dia (Sa’ad) tidak memiliki ahli waris kecuali seorang anak perempuan.
Memberi wasiat dengan sepertiga

Dalam sebuah riwayat dikatakan:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ لَوْ غَضَّ النَّاسُ إِلَى الرُّبْعِ لِأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ أَوْ كَبِيرٌ
(BUKHARI – 2538) : Telah bercerita kepada kami Qutaibah bin Sa’ad telah bercerita kepada kami Sufyan dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari Ibnu ‘Abbas berkata: “Kalau seandainya orang-orang itu mau mengurangi hingga seperempatnya, karena Rasulullah bersabda: “Sepertiganya dan sepertiga itu banyak atau besar.”
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ بْنُ عَدِيٍّ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ عَنْ هَاشِمِ بْنِ هَاشِمٍ عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
 perempatnya, karena Rasulullahمَرِضْتُ فَعَادَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ لَا يَرُدَّنِي عَلَى عَقِبِي قَالَ لَعَلَّ اللَّهَ يَرْفَعُكَ وَيَنْفَعُ بِكَ نَاسًا قُلْتُ أُرِيدُ أَنْ أُوصِيَ وَإِنَّمَا لِي ابْنَةٌ قُلْتُ أُوصِي بِالنِّصْفِ قَالَ النِّصْفُ كَثِيرٌ قُلْتُ فَالثُّلُثِ قَالَ الثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ أَوْ كَبِيرٌ قَالَ فَأَوْصَى النَّاسُ بِالثُّلُثِ وَجَازَ ذَلِكَ لَهُمْ
(BUKHARI – 2539) : Telah bercerita kepada kami Muhammad bin ‘Abdur Rohim telah bercerita kepada kami Zakariya’ bin ‘Adiy telah bercerita kepada kami Marwan dari Hasyim bin Hasyim dari ‘Amir bin Sa’ad dari bapaknya berkata: “Aku sakit lalu Nabi menjengukku. Kemudian aku katakan: “Wahai Rasulullah, mohonkanlah kepada Allah agar Dia tidak mengembalikan aku kepada keadaan sebelumnya (negeri kafir) “. Maka Beliau bersabda: “Semoga Allah mengangkat derajatmu dengan memberikan manfaat kepada manusia melalui dirimu”. Aku katakan: “Aku ingin berwasiat karena aku hanya memiliki seorang anak perempuan”. Aku katakan: “Aku ingin berwasiat dengan setengah hartaku”. Beliau bersabda: “Setengah itu banyak”. Aku katakan lagi: “Sepertiganya”. Beliau bersabda: “Ya, sepertiga dan sepertiga itu banyak atau besar”. Dia (Sa’ad) berkata: “Maka kemudian orang-orang berwasiat dengan sepertiga dan Beliau membolehkannya.”
Perkataan orang yang memberi wasiat kepada orang yang menerima wasiat

Dalam sebuah riwayat dikatakan:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ عُتْبَةُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ عَهِدَ إِلَى أَخِيهِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ أَنَّ ابْنَ وَلِيدَةِ زَمْعَةَ مِنِّي فَاقْبِضْهُ إِلَيْكَ فَلَمَّا كَانَ عَامُ الْفَتْحِ أَخَذَهُ سَعْدٌ فَقَالَ ابْنُ أَخِي قَدْ كَانَ عَهِدَ إِلَيَّ فِيهِ فَقَامَ عَبْدُ بْنُ زَمْعَةَ فَقَالَ أَخِي وَابْنُ أَمَةِ أَبِي وُلِدَ عَلَى فِرَاشِهِ فَتَسَاوَقَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ سَعْدٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ ابْنُ أَخِي كَانَ عَهِدَ إِلَيَّ فِيهِ فَقَالَ عَبْدُ بْنُ زَمْعَةَ أَخِي وَابْنُ وَلِيدَةِ أَبِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ لَكَ يَا عَبْدُ بْنَ زَمْعَةَ الْوَلَدُ لِلْفِرَاشِ وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ ثُمَّ قَالَ لِسَوْدَةَ بِنْتِ زَمْعَةَ احْتَجِبِي مِنْهُ لِمَا رَأَى مِنْ شَبَهِهِ بِعُتْبَةَ فَمَا رَآهَا حَتَّى لَقِيَ اللَّهَ
(BUKHARI – 2540) : Telah bercerita kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah bin Az Zubair dari ‘Aisyah, istri Nabi berkata: “Sesunguhnya ‘Utbah bin Abi Waqosh telah berjanji kepada saudaranya Sa’ad bin Abi Waqosh bahwa anak dari walidah (budak perempuan) Zam’ah dariku maka ambillah”. Ketika tahun penaklukan kota Makkah, Sa’ad mengambilnya. Saad berkata: “Dia adalah anak saudaraku yang telah berjanji kepadaku tentang anak ini”. Maka ‘Abdu bin Zam’ah berdiri seraya berkata: “Saudaraku dan anak dari budak perempuan bapakku dilahirkan di atas tempat tidurnya (dilahirkan dari hasil pernikahan yang sah dengan suaminya). Maka keduanya mengadukan perkara itu kepada Rasulullah . Sa’ad berkata: “Wahai Rasulullah, dia adalah anak dari saudaraku yang telah berjanji kepadaku tentang anak ini”. Kemudian ‘Abdu bin Zam’ah berkata: “Saudaraku dan anak dari budak perempuan bapakku”. Maka Rasulullah berkata: “Dia itu menjadi milikmu wahai ‘Abdu bin Zam’ah. Anak itu milik suami (yang menikah dengan sah) sedangkan untuk pezina baginya adalah batu (dirajam) “. Kemudian Beliau berkata kepada Saudah binti Zam’ah: “berhijablah (menutup diri) darinya” karena Beliau melihat adanya kemiripan anak tersebut dengan ‘Utbah. Maka sejak itu pula ia tidak pernah melihat Saudah hingga meninggal.”
Jika orang yang sakit memberi isyarat dengan kepalanya dengan isyarat yang jelas
Dalam sebuah riwayat dikatakan:
حَدَّثَنَا حَسَّانُ بْنُ أَبِي عَبَّادٍ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ يَهُودِيًّا رَضَّ رَأْسَ جَارِيَةٍ بَيْنَ حَجَرَيْنِ فَقِيلَ لَهَا مَنْ فَعَلَ بِكِ أَفُلَانٌ أَوْ فُلَانٌ حَتَّى سُمِّيَ الْيَهُودِيُّ فَأَوْمَأَتْ بِرَأْسِهَا فَجِيءَ بِهِ فَلَمْ يَزَلْ حَتَّى اعْتَرَفَ فَأَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرُضَّ رَأْسُهُ بِالْحِجَارَةِ
(BUKHARI – 2541) : Telah bercerita kepada kami Hassan bin Abi ‘Abbad telah bercerita kepada kami Hammam dari Qatadah dari Anas bahwa ada seorang Yahudi yang memukul kepala seorang budak perempuan dengan dua batu hingga bocor lalu ditanyakan kepadanya siapa yang melakukan ini, apakah si fulan atau si fulan hingga akhirnya disebut orang Yahudi tersebut dan budak wanita itu berisyarat dengan kepalanya mengangguk. Kemudian orang Yahudi itu dibawa namun dia mengelak hingga akhirnya mau mengakui. Maka Nabi memerintahkan agar membalas memukul kepala Yahudi itu dengan batu hingga bocor.
Tidak ada wasiat untuk penerima waris

Dalam sebuah riwayat dikatakan:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ وَرْقَاءَ عَنْ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
كَانَ الْمَالُ لِلْوَلَدِ وَكَانَتْ الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ فَنَسَخَ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ مَا أَحَبَّ فَجَعَلَ لِلذَّكَرِ مِثْلَ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ وَجَعَلَ لِلْأَبَوَيْنِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسَ وَجَعَلَ لِلْمَرْأَةِ الثُّمُنَ وَالرُّبُعَ وَلِلزَّوْجِ الشَّطْرَ وَالرُّبُعَ

(BUKHARI – 2542) : Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Yusuf dari Warqo’ dari Ibnu Abi Najih dari ‘Atha’ dari Ibnu ‘Abbas berkata; Dahulu harta warisan menjadi milik anak sedangkan wasiat hak kedua orangtua. Kemudian Allah menghapus ketentuan ini dengan yang lebih disenangi-Nya. Maka Allah menjadikan bagian warisan anak laki-laki dua kali dari bagian anak perempuan dan untuk kedua orangtua masing-masing mendapat seperenam sedangkan untuk isttri seperdelapan atau seperempat sedangkan suami mendapat setengah atau seperempat.

Sedekah saat meninggal
Dalam sebuah riwayat dikatakan:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عُمَارَةَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ حَرِيصٌ تَأْمُلُ الْغِنَى وَتَخْشَى الْفَقْرَ وَلَا تُمْهِلْ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ
(BUKHARI – 2543) : Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Al ‘Alaa’ telah bercerita kepada kami Abu Usamah dari Sufyan dari ‘Umarah dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairahberkata; Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, shadaqah mana yang lebih utama?” Beliau menjawab: “Kamu bershadaqah ketika kamu dalam keadaan sehat dan rakus, kamu berangan-angan jadi orang kaya dan takut menjadi faqir. Maka janganlah kamu menunda-nundanya hingga ketika nyawamu berada di tenggorakannmu (kamu baru mau bershadaqah), lalu kamu berkata untuk si fulan segini dan si fulan segini padahal harta itu telah menjadi milik si fulan.”Firman Allah, Sesudah dipenuhi wasiat yang Ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya.
Pengertian Waris
Waris berasal dari bahasa Arab dari kata Warisa – yarisu- irsan- mirasan yang berarti berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain , atau dari satu kaum kepada kaum lain.
Hadits tentang waris
HR. ibnumajah No.2729
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنَا أَبُو بَحْرٍ الْبَكْرَاوِيُّ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ الْحَارِثِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ أَعْيَانَ بَنِي الْأُمِّ يَتَوَارَثُونَ دُونَ بَنِي الْعَلَّاتِ يَرِثُ الرَّجُلُ أَخَاهُ لِأَبِيهِ وَأُمِّهِ دُونَ إِخْوَتِهِ لِأَبِيهِ
[[[Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Hakim], telah menceritakan kepada kami [Abu Bahr Al Bakrawi]; telah menceritakan kepada kami [Isra`il] dari [Abu Ishaq] dari [Al Harits] dari [Ali bin Abu Thalib], ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menetapkan hukum bahwa saudara seibu saling mendapatkan warisan bukan saudara sebapak, seorang laki-laki dapat memberikan warisan kepada saudara kandungnya bukan saudara sebapak saja.]]]
Hadits ibnumajah 2730
حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ الْعَظِيمِ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَنْبَأَنَا مَعْمَرٌ عَنْ ابْنِ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْسِمُوا الْمَالَ بَيْنَ أَهْلِ الْفَرَائِضِ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ فَمَا تَرَكَتْ الْفَرَائِضُ فَلِأَوْلَى رَجُلٍ ذَكَرٍ
 [[[Telah menceritakan kepada kami [Abbas bin Abdul Azhim Al 'Anbari]; telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq]; telah memberitakan kepada kami [Ma'mar] dari [Ibnu Thawus] dari [Ayahnya] dari [Ibnu Abbas] berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bagilah harta diantara para ahli waris berdasarkan Al Qur'an. Apa yang ditinggalkan, maka yang lebih utama diberikan kepada keturunan laki-laki.

Orang yang tidak memiliki ahli waris
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَوْسَجَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَاتَ رَجُلٌ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَدَعْ لَهُ وَارِثًا إِلَّا عَبْدًا هُوَ أَعْتَقَهُ فَدَفَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِيرَاثَهُ إِلَيْهِ
[[[Telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Abu Musa]; telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin 'Uyainah] dari [Amru bin Dinar] dari ['Ausajah] dari [Ibnu Abbas] berkata; "Seseorang meninggal di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan ia tidak meninggalkan sesuatupun kecuali seorang budak yang ia merdekakan, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membayarkan pewarisannya tersebut kepadanya."
Mati meninggalkan harta berarti untuk ahli waris
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو صَفْوَانَ الْأُمَوِيُّ عَنْ يُونُسَ الْأَيْلِيِّ ح و حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُؤْتَى بِالرَّجُلِ الْمَيِّتِ عَلَيْهِ الدَّيْنُ فَيَسْأَلُ هَلْ تَرَكَ لِدَيْنِهِ مِنْ قَضَاءٍ فَإِنْ حُدِّثَ أَنَّهُ تَرَكَ وَفَاءً صَلَّى عَلَيْهِ وَإِلَّا قَالَ صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ فَلَمَّا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْفُتُوحَ قَالَ أَنَا أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ فَمَنْ تُوُفِّيَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ فَعَلَيَّ قَضَاؤُهُ وَمَنْ تَرَكَ مَالًا فَهُوَ لِوَرَثَتِهِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي حَدَّثَنِي عُقَيْلٌ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَخِي ابْنِ شِهَابٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ كُلُّهُمْ عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ هَذَا الْحَدِيثَ
 [[[Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Abu Shafwan Al Amari] dari [Yunus Al Aila]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya] dan ini adalah lafadznya, dia berkata, telah mengabarkan kepada kami [Abdullah bin Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dari [Abu Salamah bin Abdurrahman] dari [Abu Hurairah], bahwa jenazah seorang laki-laki yang berhutang dibawa ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bertanya: "Apakah dia meninggalkan sesuatu untuk melunasi hutangnya?", jika dijawab bahwa dia memiliki harta peninggalan untuk melunasi hutangnya, maka beliau menshalatkannya, namun jika dijawab tidak, maka beliau bersabda: 'Shalatkanlah saudara kalian ini." Tatkala Allah menaklukkan berbagai negeri, beliau bersabda: "Aku lebih berhak atas kaum Muslimin dari diri mereka sendiri. Barangsiapa meninggal sedangkan dia masih memiliki tanggungan hutang, maka sayalah yang akan melunasinya. Dan barangsiapa masih meninggalkan harta warisan, maka harta tersebut untuk ahli warisnya." Telah menceritakan kepada kami [Abdul Malik bin Syu'aib bin Laits] telah menceritakan kepadaku [Ayahku] dari [Kakekku] telah menceritakan kepadaku ['Uqail]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Akhi bin Syihab]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [Ayahku] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Dzi'b] semuanya dari [Az Zuhri] dengan isnad hadits ini."]]]
Hadits Muslim 3041
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ قَالَ حَدَّثَنِي وَرْقَاءُ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنْ عَلَى الْأَرْضِ مِنْ مُؤْمِنٍ إِلَّا أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِهِ فَأَيُّكُمْ مَا تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا فَأَنَا مَوْلَاهُ وَأَيُّكُمْ تَرَكَ مَالًا فَإِلَى الْعَصَبَةِ مَنْ كَانَ
[[[Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Syababah] dia berkata, telah menceritakan kepadaku [Warqa'] dari [Abu Az Zinad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak ada seorang mukmin di muka bumi ini, kecuali akulah orang yang berhak atas diri mereka dari diri mereka sendiri, maka siapa saja yang mati meninggalkan hutang atau anak yang butuh santunan maka akulah walinya. Dan siapa saja dari kalian yang meninggalkan harta, maka (harta tersebut) untuk ahli waris yang tersisa."]]]
Hadits Muslim 3042
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ قَالَ هَذَا مَا حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ أَحَادِيثَ مِنْهَا وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِالْمُؤْمِنِينَ فِي كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَأَيُّكُمْ مَا تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيْعَةً فَادْعُونِي فَأَنَا وَلِيُّهُ وَأَيُّكُمْ مَا تَرَكَ مَالًا فَلْيُؤْثَرْ بِمَالِهِ عَصَبَتُهُ مَنْ كَانَ
 [[[Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah menceritakan kepada kami [Ma'mar] dari [Hammam bin Munabbih] dia berkata; Ini seperti yang di ceritakan [Abu Hurairah] dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian dia menyebutkan beberapa hadits yang di antaranya adalah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dalam Kitabullah, akulah orang yang paling berhak atas diri seorang Mukmin dari diri mereka sendiri, maka siapa saja di antara kalian mati meninggalkan hutang atau anak yang butuh santunan maka undanglah aku, karena aku adalah walinya. Dan siapa saja di antara kalian yang mati meninggalkan harta benda, hendaknya ia membagikan hartanya kepada ahli warisnya yang masih ada."]]]

Hadits Muslim 3043
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَدِيٍّ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِلْوَرَثَةِ وَمَنْ تَرَكَ كَلًّا فَإِلَيْنَا و حَدَّثَنِيهِ أَبُو بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ يَعْنِي ابْنَ مَهْدِيٍّ قَالَا حَدَّثَنَا شُعْبَةُ بِهَذَا الْإِسْنَادِ غَيْرَ أَنَّ فِي حَدِيثِ غُنْدَرٍ وَمَنْ تَرَكَ كَلًّا وَلِيتُه
 [[[Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Mu'adz Al 'Anbari] telah menceritakan kepada kami [Ayahku] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari ['Adi] bahwa dia mendengar [Abu Hazim] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: "Barangsiapa mati dengan meninggalkan harta, maka (harta tersebut) untuk ahli warisnya, dan barangsiapa mati dengan meninggalkan keluarga yang butuh santunan, maka akulah yang menjadi penanggungnya." Dan telah menceritakan kepadaku [Abu Bakar bin Nafi'] telah menceritakan kepada kami [Ghundar]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman] -yaitu Ibnu Mahdi- dia berkata, telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dengan sanad ini, hanya saja dalam hadits Ghundar disebutkan, "Barangsiapa mati meninggalkan keluarga yang butuh santunan, maka akulah walinya.

Pembagian harta waris
Hadits ibnumajah 2739
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ لَهِيعَةَ عَنْ عُقَيْلٍ أَنَّهُ سَمِعَ نَافِعًا يُخْبِرُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا كَانَ مِنْ مِيرَاثٍ قُسِمَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ عَلَى قِسْمَةِ الْجَاهِلِيَّةِ وَمَا كَانَ مِنْ مِيرَاثٍ أَدْرَكَهُ الْإِسْلَامُ فَهُوَ عَلَى قِسْمَةِ الْإِسْلَامِ
[[[Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rumh]; telah memberitakan kepada kami [Abdullah bin Lahi'ah] dari ['Uqail] bahwa ia mendengar [Nafi'] mengabari dari [Abdullah bin Umar]; Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Harta warisan yang telah dibagikan di masa Jahiliyah, maka ia sesuai dengan pembagian di masa Jahiliyah itu sendiri. Sementara harta warisan yang ada di masa Islam, maka ia sesuai dengan pembagian cara Islam.
Pengertian Wakaf
Wakaf menurut bahasa berasal dari kata Waqafa – yaqifu – waqfan yang berarti menghentikan atau menahan. Secara istilah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tetapi bukan untuk dirinya sementara benda itu tetap ada padanya dan digunakan manfaatnya untuk kebaikan dan mendekatkan diri kepada allah
Hadits Wakaf
وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : أَصَابَ عُمَرُ رًضِي اللهُ عَنْهُ أَرْضًا بِخَيْرَ,فَأَتَى النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلام يَسْتَأْ مِرُهُ فِيْهَا فَقَالَ : يَا رَسُوْ لَ اللهِ, إِنِّي أَصَبْتُ أَرْضًا بِخَيْرَ لَمْ أُصِبْ مَالاً قَطُّ هُوَ أَنْفَسُ عِنْدِي مِنْهُ, قَالَ: {إِنْ شِئْتَ حَبَسْتَ أَصْلَهَا وَ  تَصَدَّ قْتَ بِهَا }. قَالَ : فّتَصَدَّقَ بِهَا عُمَرُ : أَنَّهُ لاَ يُبَاعُ أَصْلُهَا, وَلاَ يُورَثُ, وَلاَ يُوهَبُ, فَتَصَدَّقَ بِهَا فِي الْفُقَرَاءِ وَ فِي الْقُرْبَى, وَفِرِّقَابِ, وَفِي سَبِ اللهِ, وابْنِ السَّبِيْلِ, والضَّيْفِ, لاَجُنَاحَ عَلَى مَنْ وَلِيَهَا أَنْ يَأْ كُلَ مِنْهَا بِالْمَعْرُوفِ, وَيُطْعِمَ صَدِيْقًا غَيْرَ مُتَمَوِّلٍ مَالاً. مُتَّفَقٌق عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمْ. وَفِي رِوَايَةِ لِلْبُخَارِيِّ : تَصَدَّقَ بِأَصْلِهَا: لاَيُبَاعُ وَلاَ يُوْهَبُ وَلَكِنْ يُنْفَقُ ثَمَرُهُ.
Dan diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. Ia berkata: “Umar ra. Mendapatkan jatah sebidang tanah di khaibar kemudian ia menghadap Nabi SAW untuk meminta pendapat beliau. Umar berkata: “ya Rosullah aku mendapatkan jatah tanah di Khaibar dan belum pernah aku mendapatkan harta yang lebih berharga dari pada tanah tersebut”.   Beliau bersabda: “Jika kamu mau, kamu boleh waqafkan tanahnya dan menyedahkan hasilnya”. Ibnu Umar berkata: “Maka Umarpun menyedahkan hasilnyadengan syarat tanahnya tidak boleh dijual, tidak diwariskan dan tidak pula dihibahkan. Adapun hasilnya ia sedekahkan kepada fakir, miskin, fi sabililah, kepada ibnu sabil dan tamu. Adapun orang yang mengelola tanah tersebut tidak mengapa memakan hasilnya sesuai dengan kebutuhan dan memberi makan kepada teman dengan syarat tidak menyimpannya”[1]. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Hadis Pertama
 هيلع اَّ ىلص يبنلا ىتأف اضرأ ربيخب رمع باصأ لاق امهنع اَّ يضر رمع نبا نع
 تس بح تئش نإ لاق هب ينرمأت فيكف هنم سفنأ طق لًام بصأ مل اضرأ تبصأ لاقف ملسو
 ءارقفلا يف ثروي لو بهوي لو اهلصأ عابي لً هنأ رمع قدصتف اهب تقدصتو اهلصأ
 ا هنم  لكأي نأ اهيلو نم ىلع حانج لً ليبسلا نباو فيضلاو اَّ ليبس يفو باقرلاو ىبرقلاو
  هيف لومتم ريغ اقيدص معطي وأ فورعملاب
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar ra, bahwa ‘Umar Ibn Khattab memperoleh tanah
(kebun) di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW, seraya berkata, “Wahai
Rasulullah saya memperoleh tanah yang belum pernah saya peroleh harta yang  lebih baik bagiku melebihi tanah tersebut, maka apa yang engkau perintahkan
(kepadaku) mengenainya?”. Nabi SAW menjawab, ”Jika mau, kamu tahan  pokoknya dan kamu sedekahkan (hasilnya)”. Ibnu ‘Umar berkata, “Maka ‘Umar  menyedekahkan tanah tersebut (dengan mensyaratkan) bahwa tanah itu tidak  dijual, tidak dihibahkan, dan tidak diwariskan, yaitu kepada orang-orang fakir,  kerabat, riqab (hamba sahaya), sabilillah, tamu dan ibnu sabil. Tidak berdosa  bagi orang yang mengelola untuk memakan dari (hasil) tanah itu secara ma’ruf  (wajar) atau memberi makan seorang teman, dengan tanpa menjadikannya  sebagai harta hak milik.
Hadis Kedua
 عنم لي قف ةقدصلاب ملسو هيلع اَّ ىلص اَّ لوسر رمأ لاق هنع اَّ يضر ةريره يبأ نع
 مقني ام ملس و هيلع اَّ ىلص يبنلا لاقف بلطملا دبع نب سابعو ديلولا نب دلاخو ليمج نبا
 سبتحا دق ادلاخ نوملظت مكنإف دلاخ امأو هلوسرو اَّ هانغأف اريقف ناك هنأ لإ ليمج نبا
 هيلع اَّ ىلص اَّ لوسر مع ف بلطملا دبع نب سابعل امأو اَّ ليبس يف هدتعأو هعاردأ
  اهعم اهلثمو ةقدص هيلع يهف ملسو
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah
memerintahkan seseorang untuk menarik sedekah (zakat). Lalu dikatakan  kepadanya, bahwa Ibnu Jamil, Khalid Ibn Walid dan ‘Abbas Ibn ‘Abdul
Muttalib enggan menunaikannya. Maka Nabi SAW bersabda, “Mengapa Ibnu
Jamil tidak mau membayar zakat, padahal semula dia miskin, kemudian dia  diberi kekayaan oleh Allah dan Rasul-Nya. Adapun Khalid, maka kalian telah  menganiaya Khalid. Dia telah mewakafkan baju besi dan peralatan perangnya  pada jalan Allah. Sedangkan ‘Abbas Ibn ‘Abdul Muttalib, dia adalah paman  Rasulullah SAW, maka wajib baginya membayar zakat dan sejumlah  perhitungan yang senilai dengan zakat (yakni dua kali lipat dari zakat orang
biasa)”
Hadis Ketiga
 لاقي يح يف ةنيدملا ىلعأ لزنف ةنيدملا ملسو هيلع اَّ ىلص يبنلا مدق لاق كلام نب سنأ نع
 ىلإ لسرأ مث ةليل ةرشع عبرأ مهيف ملسو  هيلع اَّ ىلص يبنلا ماقأف فوع نب ورمع ونب مهل هتلحار ى لع ملسو هيلع اَّ ىلص يبنلا ىلإ رظنأ ينأك فويُّسلا يدلقتم اوءاجف راجنلا ينب
 ثيح يلصي نأ ُّبحي ناكو بوُّيأ يبأ ءانفب ىقلأ ىتح هلوح  راجنلا ينب لمو هفدر ركب وبأو
 ينب  نم لم ىلإ لسرأف دجسملا ءان ب رمأ هنأو منغلا ضبارم يف يلصيو ةلصَه لا هتكردأ
 لاقف اَّ ىلإ لإ هنمث بلطن لً او لً اولاق اذه مكطئاحب ينونماث راج نلا ينب اي لاقف راجنلا هيلع  اَّ ىلص يبنلا رمأف ٌلخن هيفو ٌبرخ هيفو نيكرشملا روبق مكل لوقأ ام هيف ناكف ٌسنأ دجس ملا ةلبق لخنل اوفصف عطقف لخنلابو تيوسف برخلاب مث تشبنف نيكرشملا روبقب م لسوهيل ع اَّ ىلص يبنلاو نوزجتري مهو رخصلا نولقني اولعجو ةراجحلا هيتداضع اولعجوهرجاهملاو راصن ل رفغاف هرخلْا ريخ لإ ريخ لً مه لا لوقي وهو مهعم ملسو
Diriwayatkan dari Anas Ibn Malik ra, ia berkata, “Nabi SAW tiba di Madinah,
Beliau singgah di kawasan yang agak tinggi di kota itu, yaitu sebuah tempat  yang bernama Bani ‘Amru Ibn ‘Auf. Nabi SAW tinggal bersama mereka selama  empat belas malam, kemudian beliau mengirim utusan supaya memanggil  (pemimpin) Bani an-Najjar, lalu mereka pun mendatanginya dengan menenteng  pedang-pedang mereka. Seakan-akan, aku melihat Nabi SAW berada di atas  kendaraannya dan Abu Bakar berada di belakang, sementara Bani al-Najjar  mengelilinginya. Nabi SAW membiarkan untanya itu membawanya hinggalah  tiba di halaman rumah milik Abu Ayyub. Beliau senang mengerjakan shalat  walau di mana saja bila tiba waktu shalat, lalu beliau shalat di dalam tempat  pemeliharaan kambing. Beliau memerintahkan agar membangun masjid, lalu  mengirim (utusan) untuk memanggil sekelompok Bani al-Najjar, seraya berkata,
“Wahai Bani al-Najjar, berikan tawaran (harga) kebun kalian ini kepadaku?”.  Mereka menjawab, “ Tidak. Demi Allah, kami tidak meminta harganya kecuali  hanya kepada Allah”. Lalu, Anas berkata, “Pada tempat itu, seperti apa yang aku
katakan, terdapat kuburan orang-orang musyrik, ada reruntuhan bangunan dan
ada pohon korma. Nabi SAW memerintahkan agar membongkar kuburan orangorang musyrik itu, meratakan bangunan dan memotong pohon korma. Lalu  mereka menjadikan pohon korma tersebut sebagai arah kiblat dan sebuah batu  besar sebagai bahu pintu gerbang. Mereka memindahkan batu besar itu sambil
mengalunkan syair dan Nabi SAW bersama mereka, beliau bersabda, “Ya Allah,
tidak ada kebaikan melainkan kebaikan akhirat, maka ampunilah orang-orang alAnshor dan orang-orang al-Muhajirin”.
Hadis Keempat
 لا ق ثراحلا تنب ةيريوج يخأ ملسو هيلع اَّ ىلص اَّ لوسر نتخ ثراحلا نب ورمع نع
 لو ة م أ لو ادبع لو ارانيد لو امهرد هتوم دنع ملسو هيلع اَّ ىلص اَّ لوسر كرت ام
  ةقدص اهلعج اضرأو هحلسو ءاضيبلا هتلغب لإ ائيش
Diriwayatkan dari ‘Amer Ibn al-Haris, saudara dari isteri Rasulullah SAW yaitu  Juwairiyyah binti al-Harits, ia berkata, “Tatkala wafat, Rasulullah SAW tidak  meninggalkan dirham, dinar, budak laki-laki, budak perempuan, dan tidak  meninggalkan harta sedikitpun kecuali seekor bighalnya yang berwarna putih
dan pedangnya serta sebidang tanah yang beliau jadikan sebagai sedekah.”  Hadis ini dijadikan sebagai dalil bagi orang yang bermaksud wakaf tetapi  tidak memiliki tujuan yang spesifik untuk apa wakaf itu sehingga memberikan  kelonggaran mengenai pihak yang akan mengambil manfaat dari wakaf. Dalam  hadis ini tidak disebutkan kata wakaf, tetapi menyebutkan kata sedekah.  Disebutkannya kalimat “tatkala Rasulullah SAW wafat” memberikan indikasi
Hadis Kelima
 ةندب قوسي لجر ىأر ملسو هيل ع اَّ ىلص اَّ لوسر نأ هنع اَّ يضر ةريره يبأ نع
  ةيناثلا يف وأ ةث لاثلا يف كليو اهبكرا لاق ةندب اهنإ لاق اهبكرا لاقف ةندب اهنإ لاقف اهبكرا لاقف
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW melihat  seorang laki-laki menggiring onta, lalu beliau bersabda, "Naikilah onta itu." Ia  menjawab, "Ini onta kurban." Beliau bersabda, "Naikilah onta itu." Ia menjawab,
"Ini onta kurban”. Beliau bersabda, "Naikilah onta itu, celaka kamu!" (Beliau  mengucapkan demikian) pada kali yang ketiga atau kedua.
Hadis ini tidak secara langsung menyebutkan kata wakaf, namun dapat  disimpulkan darinya hukum dibolehkannya bagi orang telah mewakafkan  hartanya untuk tetap mengambil atau mendapatkan manfaat dari wakafnya. (al‘Asqalani, 2000: 3/687)
.
Hadis Keenam
 ٌبئاغ وهو همأ تيفوت هنع اَّ يضر ةدابع نب دعس نأ امهنع اَّ يضر سابع نبا نع
 لاق اهنع هب تقدصت نإ ءيش اهعفنيأ اهن ع ٌبئاغ انأو تيفوت يمأ نإ اَّ لوسر اي لاقف اهنع
 اهيلع ةقدص فارخملا يطئاح نأ كدهشأ ينإف لاق معن
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas ra bahwa Sa’ad Ibn ‘Ubadah ra ibunya  meninggal dunia ketika ia tidak ada di tempat, lalu ia datang kepada Nabi SAW  untuk bertanya, "Wahai Rasulullah SAW, sesungguhnya ibuku telah meninggal  sedang saya tidak ada di tempat, apakah jika saya bersedekah untuknya akan  bermanfaat baginya?”. Rasul SAW menjawab, “Ya”. Sa’ad berkata,  "Saksikanlah bahwa kebunku yang banyak buahnya aku sedekahkan untuknya".  Hadis Sa’ad Ibn ‘Ubadah ini dijadikan sebagai dalil bagi disyariatkannya  persaksian dalam wakaf. Dalam hadis itu, Sa’ad mempersaksikan wakafnya di  hadapan Rasulullah SAW. (al-‘Asqalani, 2000: 5/484-485)

Hadis Ketujuh
 لخن نم لًام ةنيدملاب يراصنلا رثكأ ةحلط وبأ ناك لوقي هنع اَّ يضر كلام نب سنأ نع
 اهلخدي ملسو هيلع  اَّ ىلص يبنلا ناكو دجسملا ةلبقتسم ءاحريب هيلإ هلام ُّبحأ ناكو وبأ ماق  نوُّبحت ا م اوقفنت ىتح هربل اولانت نل  تلزن املف ٌسنأ لاق بيط اهيف ءام نم برشيو
 يلاومأ هبحأ نإو  نوُّبحت ا م اوقفنت ىتح هر بل اولانت نل  لوقي اَّ نإ اَّ لوسر اي لاقف ةحلط
 كلذ خب لاقف اَّ كارأ ثيح اهعضف اَّ دنع اهرخذو اهرب وجرأ لّ ةقدص اهنإو ءاحريب يل لاق نيبرقلا يف اهلعجت نأ ىرأ ينإو تلق ام تعمس دقو ةم لسم نبا كش ٌحيار وأ ٌحبار ٌلام ليعام سإ لاقو همع ينب يفو هبراقأ يف ةحلط وبأ اهمسقف اَّ لوسر اي كلذ لعفأ ةحلط وبأ
  ٌحيار كلام نع ىيحي نب ىيحي و فسوي نب اَّ دبعو
Diriwayatkan dari Anas Ibn Malik ra, ia berkata, “Abu Thalhah adalah orang  dari golongan Ansar yang memiliki kebun korma paling banyak di Madinah,
kebun korma yang paling ia sukai adalah kebun Bairuha’. Kebun itu berada di  depan Masjid Nabawi. Nabi SAW biasa masuk dan minum air yang baik di
kebun itu”. Anas melanjutkan, “Ketika Allah menurunkan ayat ini (Kalian tidak
akan sampai pada kebaikan yang sempurna sampai kalian menginfaqkan harta  yang paling kalian cintai), maka Abu Thalhah menemui Rasulullah SAW lalu
berkata, “Wahai Rasulullah, Allah telah menurunkan ayat kepadamu, dan  sesungguhnya harta saya yang paling saya cintai adalah kebun Bairuha’ dan
sesungguhnya saya menginfaqkannya di jalan Allah, saya berharap bisa menjadi  kebajikan dan simpanan di sisi Allah. Maka gunakanlah harta tersebut sesuai
dengan petunjuk Allah kepadamu.” Maka Rasulullah Bersabda, “Bakh, itulah
harta yang mulia. Sungguh, aku telah mendengar apa yang engkau katakan dan  aku berpendapat agar engkau membagikannya kepada kerabatmu.” Maka Abu  Thalhah berkata, “Aku akan melakukannya wahai Rasululullah.” Kemudian dia
membaginya kepada kerabat dan keluarga pamannya.
Hadis ini dijadikan sebagai dalil bagi disyariatkannya wakaf kepada  kerabat terdekat sebelum lainnya. Wakaf juga tidak disyaratkan persetujuan dari  pihak penerima wakaf. Dalam mazhab Maliki disebutkan pendapat yang  menyatakan bahwa sedekah yang dilakukan secara mutlak dengan tanpa  menyebutkan pihak penerimanya hukumnya sah. Setelah itu, orang yang  mengeluarkan sedekah dapat menentukan siapa-siapa saja yang akan  menerimanya sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Hadis ini juga mengisyaratkan dibolehkannya sedekah meskipun lebih  dari sepertiga harta yang dimilikinya jika dilakukan oleh orang yang tidak sakit  keras (maradhul maut), sebab dalam hadis ini Nabi SAW tidak merinci lebih  lanjut syarat-syarat sedekah. (al-‘Asqalani, 2000: 5/498-500)
Hadis kedelapan
 ياف ااسرف سباتحا نام ملاسو هايلع ا ىلاص يابنلا لااق  لوقي هنع اَّ يضر ةريره يبأ نع
  ةمايقلا مو ي هنازيم يف هلوبو هثورو هيرو هعبش نإف هدعوب اقيدصتو لّاب اناميإ اَّ ليبس
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Telah berkata Nabi SAW,
“Barangsiapa menahan (mewakafkan) seekor kuda di jalan Allah (didasari)
karena iman kepada Allah dan membenarkan janji-Nya, maka makananya,  minumannya, kotorannya, dan kencingnya (akan menambah berat)  timbangannya pada hari kiamat.
Hadis ini menerangkan tentang keutamaan wakaf, yaitu bahwa suatu  harta yang telah diwakafkan maka segala sesuatu yang berhubungan dengan  harta itu akan menambah amal kebaikan orang yang mewakafkannya. (al‘Asqalani, 2000: 6/71-72)






















Bab III
Penutup
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Wasiat menurut bahasa artinya “Menyampaikan “ berasal dari kata: وَ صِيَ الشَّيئَ بِكَذَا yang artinya “ ia menyampaikan sesuatu dengan begini”.
Sedangkan menurut istilah wasiat adalah: Memerikan Hak secara suka rela  (tabarru’). Yang disandarkan setelah mati
Waris berasal dari bahasa Arab dari kata Warisa – yarisu- irsan- mirasan yang berarti berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain , atau dari satu kaum kepada kaum lain.
Wakaf menurut bahasa berasal dari kata Waqafa – yaqifu – waqfan yang berarti menghentikan atau menahan. Secara istilah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tetapi bukan untuk dirinya sementara benda itu tetap ada padanya dan digunakan manfaatnya untuk kebaikan dan mendekatkan diri kepada allah

Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya, dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat umumnya bagi para pembaca khususnya bagi penulis.














Daftar pustaka
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://almanhaj.or.id/973-kitab-wasiat.html&ved=2ahUKEwir6uDMi8nhAhUBMY8KHQd4CLoQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw35ZjjwmQ2lZnU7J3FphSm4
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/58660-ID-studi-hadis-hadis-wakaf-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar